BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pendidikan pada dasarnya, harus berperan
mengembangkan iklim belajar dan mengajar yang konstruktif bagi berkembangnya
potensi kreatif peserta didik. Dalam hal ini kepala sekolah berperan penting
dalam inovasi pendidikan, bagaimana membangun dan mengembangkan budaya kreatif,
dan menciptakan academic athmosphere agar upaya-upaya inovatif di sekolah menjadi budaya dalam
rangka profesionalisasi tenaga kependidikan. Penerapan kurikulum yang relevan
dengan kondisi suatu sekolah
agar tercipta guru yang butuh pembelajaran yang
lebih rasional dan sesuai dengan kemampuan aspek peserta didik, pengajar dan
sekolah.
Selain itu, kreativitas akan membudaya
apabila didasari
komitmen yang kuat dari warga sekolah. Kapabilitas
kepemimpinan kepala sekolah diarahkan pada bagaimana membangun komitmen guru
yang mampu menggerakkan daya kreativitas dan inovasi untuk senantiasa berusaha
menambah pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan khususnya yang langsung
berkaitan dengan tugas profesionalnya.
Dalam memangku jabatan pemimpin
pendidikan yang dapat melaksanakan tugas-tugas pimpinan dan memainkan
peranan-peranan kepemimpinan
yang sukses, maka kepala sekolah dituntut untuk memenuhi
persyaratan-persyaratan jasmaniah,
rohaniah yang baik. Di samping itu, dibutuhkan
prasyarat-prasyarat kualitas kemampuan pribadi seperti; berwibawa, jujur,
terpercaya, bijaksana, mengayomi, berani mawas diri, mampu melihat jauh ke
depan, berani dan mampu mengatasi kesulitan, bersikap wajar, tegas dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambil, sederhana,
penuh pengabdian kepada tugas, berjiwa besar dan mempunyai sifat ingin tahu.
Seperti dalam beberapa teori, Mc Nerney, Stogdill, Terry, Erwin Schall, Ordwdy
Tead, Dr. Le Bon, Ki Hajar Dewantoro, Drs. Mardjiin Syam yang mengemukakan
syarat-syarat kepribadian yang berbeda-beda tentang para pemimpin termasuk
pemimpin pendidikan, yang meliputi: Karakter dan moral yang tinggi. Semangat
dan kemampuan intelek. Kematangan dan keseimbangan emosi. Kematangan dan
penyesuaian sosial. Kemampuan pendidikan. Kemampuan mendidik-mengajar.
Kemudian, kesehatan
dan penampakan jasmaniah.
Kepala
sekolah adalah cermin sekolah, atau
dengan kata lain, wajah sekolah ada
pada kepala sekolah. Kepala sekolah mempunyai arti penting bagi sebuah sekolah. Kepala
sekolah tidak hanya sekedar menjalankan rutinitas kewajiban yang melekat pada
dirinya, tapi bagaimana
ia dapat memposisikan dirinya sebagai pemimpin
bagi sebuah sekolah, karena maju mundurnya sekolah terletak pada kualitas
kepemimpinan kepala sekolah.
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala
sekolah dihadapkan pada kemampuan memimpin dan membina para guru dan staf,
termasuk para siswa dengan suri tauladannya. Merujuk dari konsep kepemimpinan
pendidikan Ki Hadjar Dewantara, kepala sekolah harus menjadi suri tauladan bagi warga
sekolah, membina dan mampu memimpin; bagaimana ia memposisikan diri dengan
berlaku adil
dan bijak bagi semua warga sekolah; dan bagaimana
ia mampu mendorong dan menumbuhkan semangat, iklim akademik, dan etos kerja bagi
seluruh warga sekolah.
Dalam melaksanakan hal tersebut, butuh
budaya kreatif baik dari kepala sekolah maupun guru. Pengembangan budaya
kreatif tidak terlepas dari budaya yang berlaku di sekolah yang bersangkutan.
Kreativitas menyangkut dimensi-dimensi proses, person, dan produk kreatif,
karena dengan menggunakan proses kreatif sebagai kriteria kreativitas. Dengan
kata lain Kreativitas adalah proses timbulnya ide yang baru, sedangkan inovasi
adalah pengimplementasian ide itu sehingga dapat merubah dunia. Kreativitas membelah
batasan dan asumsi, dan membuat koneksi pada hal-hal lama yang tidak
berhubungan menjadi sesuatu yang baru. Inovasi mengambil ide tersebut kemudian
mejadikannya produk atau servis atau proses yang nyata.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa
yang dimaksud dengan inovasi pendidikan ?
2. Bagaimana
pentingnya inovasi pendidikan ?
3. Apa
peranan kepala sekolah sebagai inovasi pendidikan ?
1.3
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Agar
mahasiswa mengetahui apa yang di maksud dengan inovasi pendidikan.
2. Agar
mahasiswa mengetahui apa pentingnya inovasi pendidikan.
3. Agar
mahasiswa mengetahui apa peranan kepala sekolah sebagai inovasi pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Inovasi Pendidikan
Inovasi berasal
dari bahasa Inggris innovation yang
berarti segala hal yang baru atau pembaharuan. Ada beberapa pendapat tentang
pengertian inovasi tersebut, yaitu :
1.
Rogers
(1983) memberikan pengertian inovasi tersebut sebagai suatu gagasan, teknik-teknik,
atau praktik atau benda yang disadari dan diterima oleh seseorang atau suatu
kelompok untuk diadopsi.
2.
Robbins
(1994) memberi pengertian terhadap inovasi sebagai suatu gagasan yang baru yang
diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk, proses, dan jasa.
3.
Freedman
(1988) memberikan pengertian inovasi sebagai suatu proses pengimple-mentasian
ide-ide baru dengan mengubah konsep kreatif menjadi suatu kenyataan.
4.
Lena
Ellitan dan Lina Anatan (2009) memberikan pengertian inovasi sebagai sistem
aktivitas organisasi yang mentransformasi teknologi mulai dari ide sampai
komersialisasi. Jadi dari beberapa pengertian inovasi tersebut dapat diketahui
bahwa dalam inovasi tersebut tercakup pembaharuan dalam bidang produk, proses,
dan inovasi sistem manjerial.
Disamping
istilah inovasi terdapat juga beberapa istilah lainya yang mempunyai hubungan
dan makna yang sama dengan inovasi seperti misalnya diskoferi dan invensi. Diskoferi adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya ada atau hal tersebut
sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Invensi adalah suatu penemuan baru
yang benar-benar baru sebagai hasil rekayasa manusia. Manusia melalui
pengalamannya, pengamatannya, dan konsistensinya dalam mempelajari atau
menelaah sesuatu sampai kepada suatu bentuk model diakui orang lain sebagai
sesuatu yang baru, sperti misal teori-teori belajar, arsitektur unik, mode
pakaian, teknologi bangunan, dll.
Dari beberapa
pengertian inovasi tersebut, sebenarnya dapat dimpulkan bahwa inovasi adalah
suatu gagasan, barang, kejadian, teknik-teknik, metode-metode, atau praktik
yang diamati, disadari, dirasakan, diterima dan digunakan sebagai suatu hal
yang baru oleh seseorang atau kelompok sebagai hasil diskoferi dan
invensi.
Demikian juga
dalam konteks sosial inovasi juga diberikan pengertian tersendiri, seperti:
1.
Zaltman
dan Duncan (1973) memberikan pengertian inovasi dalam konteks sosial sebagai
berikut, inovasi adalah perubahan sosial yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk
memecahkan suatu masalah tertentu.
2.
Drucker
(1995) memberikan pengertian inovasi sebagai perubahan sosial yang di dalamnya
mencakup dimensi proses kreatif, adanya
perubahan, mengarah kepada pembaharuan, dan memiliki nilai tambah.
Inovasi dalam
suatu perubahan sosial akan mengalami tiga tahapan, yaitu invensi, difusi, dan
konsekwensi. Invensi adalah suatu tahapan ketika ide-ide baru diciptakan dan
dikembangkan, difusi adalah suatu
tahapan proses ketika ide-ide baru dikomunikasikan pada sistem sosial,
dan konsekwensi adalah suatu tahapan ketika perubahan-perubahan yang terjadi
dalam suatu sistem sosial sebagai akibat dari penerimaan atau penolakan ide-ide
baru, dan secara totalitas dan perubahan sosial tersebut merupakan hasil
komunikasi. Demikian juga dalam bidang pendidikan sebagai bagian dari suatu
sistem sosial inovasi pendidikan diberikan pengertian sebagai suatu ide,
barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seorang
atau kelompok orang atau masyarakat baik berupa hasil invensi atau diskoveri
yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah
pendidikan. Pendidikan sebagai suatu sistem mencakup beberapa komponen. Dengan
demikian inovasi tersebut dapat dilakukan terhadap setiap komponen sistem
pendidikan yang tentunya inovasi tersebut disesuaikan dengan perubahan dan
perkembangan sistem pendidikan.
Beberapa
komponen sistem pendidikan yang bisa dilakukan inovasi adalah sebegai berikut
di bawah ini.
Pertama,
pembinaan personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial tentu
menentukan personal sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan
komponen personal misalnya: peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat,
sistem atau model pembelajaran guru, dan lain-lainnya.
Kedua,
banyaknya personalia dan wilayah kerja. Sistem sosial menjelaskan tentang
berapa jumlah personalia yang terikat dalam sistem serta dimana wilayah
kerjanya. Inovasi pendidikan yang relevan dengan aspek ini, misalnya berapa
rasio guru dengan murid dalam suatu sekolah. Dalam sekolah yang menganut sistem
pamong misalnya diperkenalkan inovasi 1 guru: 200 murid, di Amerika Serikat
misalnya 1:27 orang murid, perubahahan luasnya wilayah kepenilikan, dan
sebagainya.
Ketiga,
fasilitas pisik. Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan mendaya-gunakan
berbagai sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan
yang sesuai dengan komponen ini, misalnya perubahan tempat duduk, perubahan
pengaturan dinding ruangan, kelengkapan laboratorium, laboratorium bahasa,
penggunaan CCTV, televisi siaran dan sebagainya.
Keempat,
penggunaan waktu. Suatu sistem pendidikan akan memeiliki perencanaan penggunaan
waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini adalah pengaturan waktu belajar
sistem semester, catur wulan, pembuatan jadawal pelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk memilih waktu sesuai dengan keperluannya, dan
sebagainya.
Kelima,
perumusan tujuan. Sistem pendidikan memiliki rumusan tujuan yang jelas. Inovasi
yang relevan dengan komponen ini
misalnya perubahan perumusan tujuan tiap jenis sekolah, perumusan tujuan pendidikan
nasional, dan lain sebagainya.
Keenam,
prosedur. Sistem pendidikan mempunyai sistem dalam mencapai tujuan. Inovasi
yang relevan dengan komponen ini, misalnya, penggunaan kurikulum baru, cara
membuat persiapan mengajar, pengajaran individual, dan pengajaran kelompok, dan
sebagainya.
Ketujuh,
peran yang diperlukan. Dalam sistem pendidikan diperlukan kejelasan peran yang
diperlukan untuk memperlancar jalannya mencapai tujuan. Inovasi yang relevan
dalam hal ini adalah peran guru sebagai pemakai media, maka memerlukan
keterampilan menggunakan berbagai macam media, peran guru sebagai pengelola
kegiatan kelompok, guru sebagai anggota team teaching, dan sebagainya.
Kedelapan,
wawasan dan perasaan. Dalam interaksi sosial biasanya dikembangkan suatu
wawasan dan perasaan tertentu yang akan menunjang kelancaran dalam melaksanakan
tugas. Kesamaan wawasan dan perasaan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai
tujuan pendidikan yang ditentukan akan mempercepat tercapainya tujuan. Inovasi
yang relevan dengan bidang ini seperti misalnya wawasan pendidikan seumur
hidup, wawasan pendekatan keterampilan proses, perasaan cinta pada pekerjaan
sebagai guru, kesediaan berkorban, dan sebagainya.
Kesembilan,
bentuk hubungan antar bagian. Dalam sistem pendidikan diperlukan adanya
kejelasan hubungan antar bagian atau mekanisme kerja antar bagian dalam
kegiatan untuk mencapai tujuan. Inovasi yang relevan dengan komponen ini
misalnya, diadakannya perubahan pembagian
tugas antar seksi di kantor depdikbud , di perguruan tinggi, fakultas, biro
pengadministrasi nilai mahasiswa, dan sebagainya.
Kesepuluh,
hubungan sistem sistem yang lain. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam
beberapa hal harus berhubungan atau bekerja sama dengan sistem yang lain.
Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: dalam pelaksanaan usaha
kesehatan sekolah perlu bekerja sama dengan departemen kesehatan, dalam
pelaksanaan KKN harus kerjasama dengan pemerintah daerah setempat, dan
sebagainya.
Kesebelas,
startegi. Strategi yang dimaksud disini adalah adalah tahap-tahapan kegiatan
yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Adapun macam dan
pola strategi yang digunakan akan sangat sukar untuk diklasifikasikan, tetapi
secara kronologi biasanya menggunakan pola urutan sebagai:
1)
Desain,
ditemukannya suatu inovasi dengan perencanaan penyebarannya berdasarkan suatu
penelitian dan observasi atau hasil penilain terhadap pelaksanaan sistem
pendidikan yang sudah ada,
2)
Kesadaran
dan perhatian, suatu potensi yang sangat menunjang berhasilnya inovasi ialah
adanya kesadaran dan perhatian sasaran inovasi baik untuk individu maupun
kelompok akan perlunya inovasi. Bedasarkan kesadaran tersebut mereka akan berusaha mencari
informasi tentang inovasi.
3)
Evaluasi,
para sasaran inovasi mengadakan penilaian terhadap inovasi tentang kemampuannya
untuk mencapai tujuan, tentang kemungkinan dapat terlaksananya sesuai dengan
kondisi dan situasi, pembiayaannya dan sebagainya.
4)
Percobaan,
para sasaran inovasi mencoba menerapkan inovasi untuk membuktikan apakah memang
benar inovasi yang telah dinilai baik tersebut dapat diterapkan seperti yang
diharapkan. Jika ternyata berhasil maka inovasi akan diterima dan dilaksanakan
dengan sempurna strategi inovasi yang telah direncanakan.
2.2
Pentingnya
Inovasi Pendidikan
Dalam melakukan
suatu inovasi perlu adanya suatu perencanaan termasuk dalam melaksanakan dalam
inovasi pendidikan, karena tanpa suatu rencana yang mantap proses inovasi tidak
akan dapat terlaksana secara efektif. Setelah diketahui tentang suatu rencana
inovasi dilanjutkan dengan pembicaraan tentang beberapa model inovasi
pendidikan, kemudian diakhiri dengan pembicaraan tentang petunjuk untuk
mengadakan inovasi pendidikan tersebut. Penjelasan tentang penerapan inovasi
pendidikan di sekolah diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman jika seorang
guru atau kepala sekolah akan mengadakan inovasi atau suatu perubahan di
sekolah tempatnya bertugas. Pengertian inovasi pendidikan yang dimaksudkan
disini bisa jadi yang berasal dari pemerintah pusat dan bisa juga inovasi
pendidikan yang berupa ide atau gagasan baru dalam memperbaiki sekolah di
tempat guru dan kepala sekolah bertugas. Untuk dapat melaknakan suatu inovasi
tersebut dengan baik, tampaknnya guru dan kepala sekolah perlu memahmai
berbagai hal yang berkaitan dengan perencanaan inovasi, model inovasi, dan
petunjuk tentang cara menerapakan inovasi pendidikan tersebut. Dengan wawasan
yang lebih luas dan lengkap tentang inovasi pendidikan akan dapat membantu
kelancaran proses pelaksanaan inovasi pendidikan.
Lembaga pendidikan
formal seperti sekolah dan perguruan tinggi merupakan bagian dari sistem
sosial, oleh karena itu jika terjadi suatu perubahan dalam masyarakat, maka
pendidikan formal juga akan mengalami perubahan, demikian juga sebaliknya jika
lembaga pendidikan mengalami perubahan maka hasil perubahan tersebut akan
mempengaruhi terhadap perubahan masyarakat. Dengan demikian sesungguhnya
lembaga pendidikan memiliki beban ganda yaitu melestarikan nilai budaya
tradisional dan mempersiapkan generasi muda agar mampu menghadapai tantangan
kemajuan zaman.
Ada dua faktor yang
mendorong perlunya dilakukan inovasi pendidikan di sekolah, pertama adalah kemauan sekolah untuk
mengadakan respon terhadap tantangan dan kebutuhan masyarakat, dan yang kedua adalah adanya usaha untuk
menggunakan sekolah untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.
Sesungguhnya antara lembaga pendidikan dan masyarakat tersebut mempunyai
hubungan yang erat dan saling mempengaruhi.
Agar dapat lebih
dipahami tentang perlunya inovasi pendidikan tersebut, maka dapat dilihat dari
tiga faktor yang sangat besar
pengaruhnya terhadap kegiatan di sekolah, yaitu:
1.
Kegiatan
belajar mengajar guru
2.
Faktor
internal dan eksternal
3.
Faktor
sistem pengelolaan pendidikan di sekolah sendiri.
Guru di
sekolah dalam melaksanakan tugas belajar mengajarnya banyak memiliki kelemahan,
oleh karena itu maka diperlukan adanya inovasi, beberapa kelemahannya tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Keberhasilan
guru dalam mengelola pembelajaran sangat ditentukan oleh hubungan interpersonal
antar guru dengan siswa. Dengan kemampuan guru yang sama belum tentu
menghasilkan prestasi belajar yang sama dalam kelas yang berbeda. Demikian juga
sebaliknya kelas yang sama bila diajar oleh guru yang berbeda belum tentu dapat
menghasilkan prestasi yang sama, walaupun para guru tersebut sudah memenuhi
persyaratan sebagai guru yang profesional.
2.
Guru
melakukan tugas dan kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar di kelas
merupakan kegiatan yang terisolasi. Pada waktu sedang mengajar dia tidak
mendapat balikan oleh teman sejawat dalam kelompoknya, tanpa diketahui oleh
guru yang lainnya. Ia menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh dirinya sebagai
guru dianggap sebagai cara yang terbaik. Dengan demikian guru tidak akan
mendapat kritik dalam rangka untuk mengembangkan profesinya.
3.
Guru
melakukan tugas dan kegiatan pembelajaran, pembelajaran guru merupakan kegiatan
yang terisolir, kritik dari teman guru yang lainnya akan tidak ada, maka apa
yang dilakukan oleh guru di kelas seolah-olah merupakan hak mutlak tanggung
jawabnya, orang lain tidak boleh ikut campur tangan, padahal apa yang
dilakukannya mungkin masih banyak kekurangannya.
4.
Guru
sulit emilih model pengelolaan pembelajaran karena belum ada kriteria yang baku
tentang model pengelolaan pembelajaran yang baku yang menjamin efektif dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Masih ada beberapa variabel lain yang ikut
mengkontribusi terhadap keberhasilan belajar murid.
5.
Guru
kesulitan dalam menghadapi kondisi siswa yang berbeda-beda dalam berbagai
dimensi, seperti dari segi fisik, mental intelektual, sifat, minat, bakat, dan
sosial ekonominya. Dengan demikian seorang guru tidak mungkin akan dapat melayani siswa dengan memperhatikan
semua perebedaan-perbedaan siswa tersebut.
6.
Guru
dalam mengajarnya diharapkan dapat melakukannya dengan menggunakan cara yang
fleksibel, di sisi yang lain guru dituntut untuk mencapai perubahan yang sama
dalam diri anak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Jadi anak-anak
yang berbeda diarahkan menjadi sama. Jika guru tidak dapat mengatasi perbedaan
anak ini akan memunculkan keraguan masyarakat terhadap kualitas profesionalnya.
7.
Guru
dalam petumbuhan jabatan karirnya mengalami hambatan, karena tugas guru
dirasakan berat, pendapatan yang rendah, jumlah siswa yang besar, tugas
administrasi, cukup menghadapi tantangan dalam usaha meningkatkan kemampuan
profesionalnya, tidak adanya keseimbangan antara kemampuan dan wewenangnya
dalam mengatur beban tugas yang dilakukan tanpa bantuan dan insentif dari
sekolahnya.
8.
Guru
dalam mengelola pembelajaran mengalami kesulitan dalam memenuhi berbagai macam
tuntutan yang diutamakan. Ada tuntutan yang mengutamakan keterampilan proses
belajar, ada yang mengutamakan menyelesaikan materi dalam kurikulum, dituntut
untuk mengutamakan perubahan tingkah laku, ada juga tuntutan yang mengutamakan
aspek kognitif. Guru akan dihadapkan pada beberapa plihan yang diutamakan.
Faktor lainnya
yang menyebabkan perlunya ada inovasi dalam pendidikan di sekolah, adalah
faktor internal yaitu anak didik. Kondisi siswa sangat mempengaruhi terhadap
proses inovasi karena tujuan pendidikan adalah untuk terjadinya perubahan
tingkah laku anak didik. Anak didik merupakan pusat perhatian dan bahan
pertimbangan dalam melaksanakan berbagai
kebijakan pendidikan. Demikian juga para
ahli pendidik, pegawai administrasi, konselor yang terlibat langsung dalam
pendidikan di sekolah akan membantu untuk mengadakan berbagai fasilitas di
sekolah. Demikian juga sistem pendidikan yang membatasi kewenangannya dan
peluang bagi guru untuk mengambil kebijakan berkreasi dalam melaksanakan
tugasnya untuk menghadapi tantangan kemajuan zaman. Kondisi sistem pendidikan
seperti ini akan bisa jadi menimbulkan rasa frustasi, mengurangi rasa tanggung
jawab dan rasa ikut terlibat dalam melaksanakan tugas.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan inovasi pendidikan di
sekolah akan lancar jika kemampuan profesional guru lebih ditingkatkan dan
diberikan wewenang untuk mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugasnya agar
dapat menyesuaikan dengan kondisi dan
situasi pada zamannya.
2.3
Peranan
Kepala Sekolah Sebagai Inovasi Pendidikan
Kepala sekolah pada
dasarnya adalah seorang pemimpin pendidikan di sekolah. Sebagai pemimpin
pendidikan maka dituntut untuk memiliki kemampuan mempengaruhi membimbing,
menyuruh, memerintah, melarang, serta membina dengan maksud agar bawahan
sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien. Berbagai hal yang dapat dilakukan oleh seorang
kepala sekolah untuk dapat tercapainya tujuan pendidikan di sekolah diantaranya
adalah melakukan pembaharuan manajemen di sekolahnya atau melakukan pembaharuan
dalam bidang administrasi pendidikan. pembaharuan dalam bidang pendidikan harus
diawali dengan revolusi dalam bidang administrasi pendidikan. Ini berarti
sekolah harus dikelola dengan administrasi yang inovatif.
Kepala sekolah atau
pemimpin pendidikan yang ingin sukses dituntut untuk mengadakan inovasi
sehingga mampu menampung dinamika perkembangan yang terjadi di luar sistem
pendidikan. Dengan demikian fungsi pemimpin dalam melakukan pembaharuan atau
inovasi adalah :
a)
fungsi
tanggap terhadap terhadap inovasi
b)
fungsi
mengharmoniskan atau mengkomplementasikan atau fungsi pembinaan.
c)
fungsi
pengarahan.
(Muhadjir. 1983)
menjelaskan bahwa dalam hubungannya dengan fungsi pemimpin dalam melakukan
pembaharuan tersebut ada dua macam. Pemimpin yang cepat tanggap terhadap
inovasi, dan pemimpin tidak tanggap terhadap inovasi. Pemimpin yang cepat
tanggap terhadap inovasi disebutnya dengan pemimpin adopsi inovasi. Kepala
sekolah sekolah sebagai pemimpin, hendaknya menjadi pemimpin adopsi inovasi,
lebih dari itu seorang kepala sekolah dalam melakukan inovasi dituntut untuk
berani mengambil resiko, proaktif, dan kemitmen pada tugasnya. Tugas lainnya
yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai inovator adalah membantu kelancaran
jalannya arus inovasi dari pemerintah, oleh para ahli, para kepala sekolah,
atau guru yang senior terhadap kliennya atau guru-guru junior yang lainnya. Kelancacaran
jalannya proses arus inovasi atau komunikasi inovasi tersebut terjadi apabila
inovasi yang dilakukan sesuai dengan masalah yang dihadapinya.
Dalam buku Inovasi
pendidkan, Ibrahim (1988) dengan mengutip Rogers menjelaskan bahwa
untuk berhasilnya seorang kepala sekolah melaksanakan pembaharuan atau inovasi,
maka kepala sekolah tersebut haruslah berpedoman pada beberapa faktor, yaitu:
Pertama,
kegigihan yang dilakukan oleh kepala sekolah yang terlihat dari banyaknya
bawahannya yang dihubungi untuk berkomunikasi, banyaknya waktu yang digunakan,
ketepatan memilih waktu, banyaknya keaktifan yang dilakukan dalam proses
inovasi. Keberhasilan pembaharuan kepala sekolah akan berhubungan positif
dengan besarnya usaha mengadakan kontak dengan bawahannya.
Kedua,
orientasi pada bawahan. Posisi kepala sekolah harus bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan keberhasilan pembaharuan dalam pendidikan di sekolahnya, di satu
sisi ia juga bekerja bersama untuk memenuhi kepentingan bawahananya. Kepala
sekolah harus mengambil kebijakan yang berorientasi pada bawahan, menunjukkan
keakraban dengan bawahannya, memperhatikan kebutuhan bawahan, sehingga akan
memperoleh kepercayaan yang besar dari bawahan. Dengan demikian keberhasilan
kepala sekolah melaksanakan pembaharuan berhubungan positif dengan orientasi
pada bawahan dari pada berhubungan dengan pmemerintah sebagai penentu kebijakan
inovasi.
Ketiga,
Sesuai dengan kebutuhan bawahan. Banyak terbukti usaha inovasi gagal karena
tidak mendasarkan pada kebutuhan bawahan, tetapi lebih mengutamakan pada target
inovasi sesuai dengan kehendak pemerintah sebagai pembuata kebijakan inovasi.
Sehingga keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan pembaharuan akan
berhubungan dengan kesesuaian program difusi dengan kebutuhan bahawan.
Keempat,
empati. Kepala sekolah apabila dapat bersikap empati dalam melaksanakan
komunikasi dengan bawahannya akan sangat mempengaruhi efektifitas komunikasinya. Komunikasi yang efektif akan lebih memudahkan menerima
suatu inovasi.
Kelima,
homophily. Homophily adalah pasangan individu
yang berinteraksi dengan memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang sama misalnya dalam bahasa, kepercayaan,
adat istiadat. Biasanya agen
pembaruan akan lebih suka komunikasi dengan bawahan yang memiliki persamaan
dengan dia.
Keenam, kontak
kepala sekolah dengan bawahannya yang berstatus lebih rendah. Sebenarnya
bawahan yang lebih rendah kemampuan ekonominya, bawahan yang lebih rendah
pendidikannya, harus lebih banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari kepala
sekolah.
Ketujuh, para
profesional. Pembantu para profesional ialah orang yang bertugas membantu
kepala sekolah agar terjadi hubungan dengan bawahan yang bersetatus lebih
rendah. Pembantu para profesional dari segi pengetahuan tentang pembaharuan dan
teknik penyebaran inovasi kurang dari kepala sekolah. Tetapi dia akan lebih
dekat dengan bawahan sehingga memungkinkan untuk kontak secara lebih banyak.
Kedelapan,
kepercayaan bawahan terhadap kepala sekolah. Pembantu agen pembaharu kurang
memperoleh kepercayaan dari bawahan, jika ditinjau dari kompetensi profesional
karena memang ia bukan profesional.
Tetapi pembantu para kepala sekolah memiliki kepercayaan dari bawahannya karena
adanaya hubungan yang lebih akrab sehingga tidak timbul kecurigaan. Bawahan
akan percaya kepada pembantu kepala sekolah karena keyakinannya akan membawa
kebaikan bagi dirinya yang disebut kepecayaaan keselamatan.
Kesembilan,
kemampuan bawahan untuk menilai inovasi. Salah satu keunikan kepala sekolah
dalam inovasi adalah memiliki kemampuan teknik yang menyebabkan ia berwewenang
untuk bertindak sesuai dengan keahliannya. Namun untuk dapat berhasil inovasi
tersebut bawahan dituntut untuk memiliki
kemampuan teknik dan kemampuan dalam menilai potensi inovasi yang dicapainya
sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Inovasi adalah
suatu gagasan, barang, kejadian, teknik-teknik, metode-metode, atau praktik yang diamati, disadari,
dirasakan, diterima dan digunakan sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang
atau kelompok sebagai hasil diskoferi dan invensi. Dalam konteks sosial inovasi
diberikan pengertian sebagai perubahan sosial yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk
memecahkan suatu masalah tertentu. Perubahan sosial tersebut dalamnya mencakup dimensi proses kreatif, adanya perubahan, mengarah
kepada pembaharuan, dan memiliki nilai tambah.
Inovasi dalam suatu
perubahan sosial akan mengalami tiga tahapan, yaitu invensi, difusi, dan
konsekwensi. Invensi adalah suatu tahapan ketika ide-ide baru diciptakan dan
dikembangkan, difusi adalah suatu tahapan proses ketika ide-ide baru
dikomunikasikan pada sistem sosial, dan konsekwensi adalah suatu tahapan ketika
perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu sistem sosial sebagai akibat dari
penerimaan atau penolakan ide-ide baru, secara totalitas dan perubahan sosial
tersebut merupakan hasil komunikasi.
Dalam bidang
pendidikan sebagai bagian dari suatu sistem sosial inovasi pendidikan diberikan
pengertian sebagai suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati
sebagai hal yang baru bagi seorang, kelompok orang, atau masyarakat, baik
berupa hasil invensi atau diskoveri yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan ataupun untuk memecahkan masalah pendidikan. Beberapa komponen
sistem pendidikan yang bisa dilakukan inovasi adalah pembinaan personalia,
banyaknya personalia dan wilayah kerja, fasilitas pisik, penggunaan waktu, prumusan tujuan, prosedur dalam mencapai
tujuan, peran yang diperlukan, wawasan dan perasaan, bentuk hubungan antar
bagian, hubungan sistem sistem yang lain, startegi tahapan-tahapan kegiatan
yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan.
3.2 Saran
Dari gambaran tentang
inovasi pendidikan semoga dapat menjadi pemicu para kepala sekolah untuk dapat
melakukan inovasi pendidikan di sekolahnya masing-masing sesuai dengan
permasalahan yang perlu diperbaiki dan sesuai dengan sistuasi dan kondisi
sekolahnya masing-masing. Dan semoga berguna sebagai wawasan bagi para
mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan sebagai generasi agent of change and social control dan
calon pendidik di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, S. (2002). Inovasi pendidikan, dalam upaya peningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Drucker,
Feter. F. (1994). Inovasi dan
kewiraswastaan, praktek dan dasar-dasar. Jakarta: Erlangga.
Ellitan
L., Lina Anatan. (2009). Manajemen inovasi, transformasi menuju organisasi kelas dunia. Bandung: Alfabeta.
Ibrahim.
(1988). Inovasi pendidkan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Kependidikan.
Muhadjir, N.
(1983). Kepemimpinan adopsi inovasi untuk
pembangunan masyarakat. Yogyakarta: Rake Press.